Lanjut ya cerita yang sebelumnya, kalau belum dibaca klik disini. Biar teratur hehehe
Dimana lagi bisa
menyaksikan ombak setinggi itu. gelombang yang tinggi membentuk lengkungan buih
putih kemudian terhempas menuju daratan. Sedangakan gelombang lainnya
mengehempaskan diri ke tebing menyisakan buih putih yang berserakan kembali bergabung
dengan lautan.
Ah tak hanya itu,
tebing di sisi timur sangat menarik untuk dijelajahi. Kami kembali nekat
mendaki tebing dengan motor. Tak ada jalan yang bagus, tanjakan tebingnya pun
cukup tinggi dan disisi tebing tersaji lautan dengan ombak yang siap menerkam.
Saya bergidik ngeri membayangkan akan jatuh jika memaksakan motor naik.
Akhirnya kami putuskan untuk meninggalkan motor di dekat pohon perdu yang
tanahnya datar. Sebenarnya agak was-was sih meninggalkan motor di sana, but
bismillah aja.
Kami melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki. Cukup ngos-ngosan
juga ketika tiba di atas bukit. Panas namun tak terasa karena angin yang
berhembus sangat kencang. Berjalanpun terasa linglung akibat terpaan angin yang
kuat. Di arah timur terdapat lembah dan bukit lainnya. ada dua pohon yang
tampak nyaman digunakan untuk berteduh, namun nampaknya temen-temen sudah tidak
sanggup lagi turun dan mendaki lagi. Ah, padahal saya ingin sekali kesana,
karena disana ada tower yang ingin saya kunjungi. Bagaimanapun juga, saya tidak
boleh mementingkan ego saat bersama. Kami akhirnya makan di atas bukit sambil
menahan kencangnya terpaan angin.
tetep axis meskipun capek |
Seusai makan,
tampaknya tenaga kami sudah terisi. Ah ternyata mereka kelaparan sehingga tak
sanggup turun. Setelah lapar hilang, kami turun dan mendaki bukit lainnya.
namun sayang, mereka bertiga tak mau ke arah tower. Berhubung jarak yang dekat
dengan tempat kami berteduh, saya putuskan untuk pergi sendiri, sedangkan
mereka tetap beristirahat di bawah pohon perdu.
Angin yang kencang
membuat saya tidak bisa berlama-lama di lokasi tower. Saya hanya sempat menaiki
satu tangga saja dan turun segera karena takut terbawa terbang oleh angin. Ah,
padahal ingin sekali sampai di puncak tower. Yaaaahhh,,, manusia hanya
merencanaka dan Allah yang menentukan. Hari itu Allah berikan jawaban atas
rencana makhluknya.
pemaksaan ini fotoannya |
Setelah puas di atas
bukit kami kembali pulang. Kami melihat jalan yang terbentuk akibat kerap kali
di lewati mengarah ke rumpun semak dan tanaman perdu lainnya. sepertinya kami
tak memiliki rasa takut, dengan modal keyakinan kami menelusuri jalan tersebut.
Makin jauh ke dalam, makin terasa gelap karena tertutup oleh tanaman perdu.
Namun langkah kami tetap terayun hingga semakin jauh semakin kami menemukan
cahaya serta deburan ombak yang makin jelas terdengar. Alhamdulillah, kami tiba
tak jauh dari tempat kami meninggalkan motor.
Di tengah perjalanan
pulang, kami bertemu beberapa orang yang nampaknya akan memancing di sini. Ada
juga seorang lelaki yang berhenti dan menyapa kami. Ah nampaknya ia juga
peserta jelajah alam. Syukurlah, kami cukup merasa aman dalam perjalanan pulang
menuju lokasi camping.
Perjalanan kembali
ke lokasi camping berlangsung dramatis. Pasalnya, di jalan tanjakan yang
berkerikil salah satu motor terpaksa di dorong. saya yang lebih dulu tiba di
ujung tanjakan berlari turun membantu mendorong motor tersebut. Takut
rasanya mengingat hal itu, apalagi perjalanan ini atas inisiatif saya yang mengajak
mereka. Namun, siapa sangka dibalik kesusahan itu selalu ada gelak tawa mereka. Disana sayapun menyadari
satu hal, nggak semua laki-laki bisa diharapakan wkwkwkkw.
semangat dorong, kita kan tangguh wkwkw |
next story about temen baru dan misteri Gunung Tunak
Komentar