Gunung Tunak, Tentang Waktu yang Kita Habiskan Bersama part II

Lanjut ya cerita yang sebelumnya, kalau belum dibaca klik disini. Biar teratur hehehe


Dimana lagi bisa menyaksikan ombak setinggi itu. gelombang yang tinggi membentuk lengkungan buih putih kemudian terhempas menuju daratan. Sedangakan gelombang lainnya mengehempaskan diri ke tebing menyisakan buih putih yang berserakan kembali bergabung dengan lautan.

Ah tak hanya itu, tebing di sisi timur sangat menarik untuk dijelajahi. Kami kembali nekat mendaki tebing dengan motor. Tak ada jalan yang bagus, tanjakan tebingnya pun cukup tinggi dan disisi tebing tersaji lautan dengan ombak yang siap menerkam. Saya bergidik ngeri membayangkan akan jatuh jika memaksakan motor naik. Akhirnya kami putuskan untuk meninggalkan motor di dekat pohon perdu yang tanahnya datar. Sebenarnya agak was-was sih meninggalkan motor di sana, but bismillah aja.

 Kami melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki. Cukup ngos-ngosan juga ketika tiba di atas bukit. Panas namun tak terasa karena angin yang berhembus sangat kencang. Berjalanpun terasa linglung akibat terpaan angin yang kuat. Di arah timur terdapat lembah dan bukit lainnya. ada dua pohon yang tampak nyaman digunakan untuk berteduh, namun nampaknya temen-temen sudah tidak sanggup lagi turun dan mendaki lagi. Ah, padahal saya ingin sekali kesana, karena disana ada tower yang ingin saya kunjungi. Bagaimanapun juga, saya tidak boleh mementingkan ego saat bersama. Kami akhirnya makan di atas bukit sambil menahan kencangnya terpaan angin.
tetep axis meskipun capek 

Seusai makan, tampaknya tenaga kami sudah terisi. Ah ternyata mereka kelaparan sehingga tak sanggup turun. Setelah lapar hilang, kami turun dan mendaki bukit lainnya. namun sayang, mereka bertiga tak mau ke arah tower. Berhubung jarak yang dekat dengan tempat kami berteduh, saya putuskan untuk pergi sendiri, sedangkan mereka tetap beristirahat di bawah pohon perdu.
Angin yang kencang membuat saya tidak bisa berlama-lama di lokasi tower. Saya hanya sempat menaiki satu tangga saja dan turun segera karena takut terbawa terbang oleh angin. Ah, padahal ingin sekali sampai di puncak tower. Yaaaahhh,,, manusia hanya merencanaka dan Allah yang menentukan. Hari itu Allah berikan jawaban atas rencana makhluknya.
pemaksaan ini fotoannya

Setelah puas di atas bukit kami kembali pulang. Kami melihat jalan yang terbentuk akibat kerap kali di lewati mengarah ke rumpun semak dan tanaman perdu lainnya. sepertinya kami tak memiliki rasa takut, dengan modal keyakinan kami menelusuri jalan tersebut. Makin jauh ke dalam, makin terasa gelap karena tertutup oleh tanaman perdu. Namun langkah kami tetap terayun hingga semakin jauh semakin kami menemukan cahaya serta deburan ombak yang makin jelas terdengar. Alhamdulillah, kami tiba tak jauh dari tempat kami meninggalkan motor.

Di tengah perjalanan pulang, kami bertemu beberapa orang yang nampaknya akan memancing di sini. Ada juga seorang lelaki yang berhenti dan menyapa kami. Ah nampaknya ia juga peserta jelajah alam. Syukurlah, kami cukup merasa aman dalam perjalanan pulang menuju lokasi camping.
Perjalanan kembali ke lokasi camping berlangsung dramatis. Pasalnya, di jalan tanjakan yang berkerikil salah satu motor terpaksa di dorong. saya yang lebih dulu tiba di ujung tanjakan berlari turun membantu mendorong motor tersebut. Takut rasanya mengingat hal itu, apalagi perjalanan ini atas inisiatif saya yang mengajak mereka. Namun, siapa sangka dibalik kesusahan itu selalu ada  gelak tawa mereka. Disana sayapun menyadari satu hal, nggak semua laki-laki bisa diharapakan wkwkwkkw.
semangat dorong, kita kan tangguh wkwkw

Kami harus bergegas tiba di lokasi perkemahan dan membangun tenda. Esok pertualangan sebenarnya telah menanti. Jelajah alam Gunung Tunak. Tentunya dengan teman baru yang tak kalah serunya.

next story about temen baru dan misteri Gunung Tunak 

Komentar